PEMBAGIAN ZOONOSIS DAN GAMBARAN ZOONOSIS DI INDONESIA

PEMBAGIAN ZOONOSIS DAN GAMBARAN ZOONOSIS DI INDONESIA

Pengertian zoonosis menurut WHO, 2005 adalah suatu penyakit yang secara alamiah dapat menular di antara hewan vertebrata dan manusia. Sedangkan menurut Undang Undang No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan kesehatan Hewan, dinyatakan bahwa penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya.
Karena banyaknya penyakit menular yang tergolong zoonosis dan kompleknya keragaman penyakit ini, maka berbagai ahli berusaha untuk menggolongkan menurut cara penularannya, reservoir utama, penyebab dan asal hewan penyebarnya.
Terkait dengan inang yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup agen penyakitnya (cara penularan) zoonosis dapat dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
1.    direct zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit hanya memerlukan satu vertebrata sebagai inang antara (intermediate host).  Penularan agen penyakit terjadi secara langsung, yaitu agen penyakit menginfeksi hewan, kemudian pindah ke manusia. Contoh: penyakit rabies, brucellosis, trichinosis.
2.    cyclo zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan dua atau lebih inang vertebarata.  Contoh: penyakit taeniasis dan penyakit hidatid.
3.    meta zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan inang vertebrata dan invertebrata.  Contoh: penyakit fasioliosis.
4.    sapro zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan satu inang antara dari bahan organik atau bahan hidup yang tidak berjiwa sebagai reservoir.  Contoh: penyakit cutaneus larva migran.

Zoonosis berdasarkan reservoirnya dibagi menjadi tiga jenis
1.    : penyakit yang dapat secara bebas berkembang di alam di antara hewan liar maupun domestik. Manusia hanya kadang terinfeksi dan akan menjadi titik akhir dari infeksi. Pada jenis ini, manusia tidak dapat menularkan kepada hewan atau manusia lain. Berbagai penyakit yang masuk dalam golongan ini yaitu Rabies, Leptospirosis, tularemia, dan hidatidosis.
2.    Zooantroponosis: zoonosis yang berlangsusng secara bebas pada manusia atau merupakan penyakit manusia dan hanya kadang-kadang saja menyerang hewan sebagai titik terakhir. Termasuk dalam golongan ini yaitu tuberkulosis tipe humanus disebabkan oleh Mycobacterium tubercullosis, amebiasis dan difteri.
3.     Amphixenosis: zoonosis dimana manusia dan hewan sama-sama merupakan reservoir yang cocok untuk agen penyebab penyakit dan infeksi teteap berjalan secara bebas walaupun tanpa keterlibatan grup lain (manusia atau hewan). Contoh: Staphylococcosis, Streptococcosis.

Berdasarkan agen penyebabnya zoonosis dapat dibedakan atas :
1.    zoonosis yang disebabkan oleh bakteri, misalnya antraks, brucellosis, leptospirosis, tuberkulosis, listeriosis dan salmonelosis,
2.     Zoonosis yang disebabkan oleh virus, misalnya rabies, Japanese encephalitis, nipah dan Avian influenza,
3.    Zoonosis yang disebabkan oleh parasit misalnya toxoplasmosis, taeniasis dan scabies,
4.    Zoonosis yang disebabkan oleh jamur misalnya ringworm,
5.    Zoonosis disebabkan oleh penyebab lainnya, misalnya BSE, yang disebabkan oleh prion yaitu suatu molekul protein tanpa asam inti, baik DNA maupun RNA





GAMBARAN ZOONOSIS DI INDONESIA
Rabies
Rabies masih dianggap sebagai zoonosis paling penting di Indonesia. Arti penting penyakit itu tidak dinilai dari jumlah kematianmanusia yang ditimbulkannya, tetapi dari efek  psikologis orang-orang yang terpapar, denganketidaknyamanan, dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh vaksinasi Pastuer dengan menggunakan vaksin asal otak kera, dan enyebab kematian yang sangat potensialterutama pada daerah-daerah padat penduduk  seperti di negeri ini (Ressang, 1962;Titkemeyer Dan Ressang, 1962).


Antraks
Mansjoer (1962) menyatakan bahwa kejadian penyakit antraks manusia di Indonesia hampir selalu berhubungan dengan wabah penyakit antraks pada hewan. Kesimpulan ini didapatkan dari hasil pengamatannya pada wabah antraks di Sulawesi, Jawa dan Pulau Rote sejak tahun 1922 hingga tahun 1956. Di beberapa bagian dari Sulawesi, pada saat itu sebagian penduduk senang mengonsumsikan daging dari hewan yang
mati, bahkan dari yang menderita infeksi antraks. Peneliti ini menyatakan bahwakebiasaan ini merupakan sebab utama dari wabah antraks pada manusia di daerah-daerah Makale-Rantepao di Tanah Toraja, Sulawesi Selatan dan Kolaka dan Kendari di Sulawesi Tenggara. Daerah lain sebagai fokus antraks pada manusia adalah Jawa Barat, terutama di daerah Bogor, Bekasi dan Karawang. Sampai saat ini wabah penyakit antraks pada manusia masih tetap dilaporkan dari daerah-daerah fokus tersebut dan MANSJOER (1961) menyatakan bahwa umumnya manifestasi penyakit ini adalah dalam bentuk pustula ganas (malignant pustulae), bentuk septik, dan bentuk gastrointestinal.
Sistiserkosis dan taeniasis
RESSANG dan UMBOH (1962) menyatakan bahwa Cysticercus bovis dan C. Cellulosae sering sekali dijumpai pada daging sapi, kerbau, dan babi yang dipelihara di Pulau Balidan Kabupaten Lombok Barat. Survei  DIREKTORAT KESEHATAN HEWAN (1980) mengungkapkan bahwa selain daerah-daerah yang disebutkan diatas, sistiserkosis telah
dijumpai juga pada sapi di Jawa Timur dan sapi madura. Sistiserkosis malahan juga ditemukan pada manusia seperti dilaporkan oleh TUMADA dan MARGONO (1973) Di Rumah Sakit Enarotali, daerah di pedalaman Papua, selama tahun 1972 sampai 1973 dirawat 13 orang penderita sistiserkosis. Pemeriksaan tinja dari pasien yang masuk selama 12 bulan masa penelitiannya (170 orang) menunjukkan bahwa 9% dari pasien tersebut mengeluarkan telur Taenia. Cacing dewasa yang diperiksa diidentifikasi sebagai Taenia solium. Selanjutnya, GUNAWAN et al. (1978) menyatakan bahwa sampai tahun 1975 terus dilaporkan adanya sistiserkosis pada manusia di daerah Paniai; setiap bulannya antara 60 sampai 100 pasien dengan sistiserkosis mengunjungi rumah sakit Enarotali. Pada tahun 1979, SUBIANTO dan SUJADI melaporkan bahwa penyakit ini telah menyebar ke kabupaten di sebelahnya, yaitu Jayawijaya.
Salmonellosis
Adanya Salmonella pada hewan piara di Indonesia telah dilaporkan oleh soeratno (1961), yang mengisolasi mikroorganisme inidari bahan otopsi yang terdiri atas organ,  darah, dan tinja dari beberapa spesies. Spesies yang berhasil diisolasikan adalah S. choleraesuis, S. enteritidis, S. javiana, S. stanley, S. typhimurium, dan S. Weltefreden dari anjing, sapi jantan, kucing, gajah, dan anak sapi. Selanjutnya Balai Penyidik Penyakit Hewan di Medan berhasil
mengisolasikan beberapa spesies Salmonella yang resistens terhadap antibiotika dari babi di berbagai peternakan di sekitar Medan (ANONYMOUS, 1980). Penelitian pada kulit telur ayam negeri, telur ayam kampung dan telur itik yang
dipasarkan di Bogor menghasilkan insidensi masing-masing 10,2; 13,0; dan 24,1% pada kulit telur itik (RUMAWAS et al. 1991). Kemudian penelitian di Bogor terhadap telur ayam ras, ayam kampung telur itik, dan telur
burung puyuh menghasilkan isolasi S. mbadaka, S. kentucky, S. postdam, S. virchow, dan S. hadar (RUMAWAS et al. 1993).

Leptospirosis
Setelah Jepang, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang paling banyak disebut di dalam sejarah penelitian ptospirosis. Banyak sekali karya tentang penyakit ini dikerjakan di negeri ini sebelum Perang Dunia kedua. Akan tetapi setelah kemerdekaan, karena kurangnya publikasi medis yang teratur, hanya beberapa karya riset dalam bidang ini yang tercatat dalam publikasi ilmiah. Secara umum kejadian leptospirosis di Indonesia mempunyai kecenderungan menurun. Hal ini dinyatakan oleh LIGHT, NASUTION dan VAN PEENEN (1971) sebagai akibat dari adanya beberapa kasus ringan yang tidak teramati oleh dokter dan/atau tidak semua dokter yang mendiagnosis penyakit ini akan melaporkan kasus-kasus leptospirosis temuannya.
  






REFERENSI

RESSANG AA, FISCHER H Dan Muchlis A. 1959. The Indonesian Veterinarian. Comm. Vet. 3 (2):55-99.
SOEHARSONO. 2002. Zoonosis. Penyakit Menular Dari Hewan Ke Manusia. Penerbit Kanisius,Yogyakarta.
Soejodono, Roso (2004). Zoonosis. Bogor: Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Soejodono, Roso. STATUS ZOONOSIS DI INDONESIA. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis.
http://anwargitu.blogspot.com/2013/06/waspada-terhadap-penyakit-zoonosis.html

Comments

Popular posts from this blog

PROSES PEMBUATAN KECAP contoh BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL

Dampak Positif dan Negatif Kloning

Pengalaman Kerja Pertama