Pasteurella Multocida penyebab SE



Pasteurella Multocida
A. Morfologi Pasteurella multocida
Bakteri Pasteurella multocida berbentuk coccobacillus, mempunyai ukuran yang sangat halus, dan bersifat bipolar. Sifat bipolar ini lebih jelas terlihat pada bakteri yang baru di isolasi dari penderita dan diwarnai misalnya dengan cara Giemsa wright atau dengan karbol fuchsin. Bakteri yang bersifat negatif ini tidak membentuk spora, bersifat non motil dan berselubung (Direktorat Kesehatan Hewan 1977). Bakteri Pasteurella   rentan terhadap suhu panas rendah (550C). Selain itu bakteri ini juga sangat rentan terhadap disinfektan (OIE 2009) .Pasteurella multocida umumnya berukuran 0,2-0,4 dan ada juga 0,6-2,5 mm, sensitif terhadap penisilin. Pasteurella multocida dapat menyebabkan infeksi zoonotik pada manusia, Pasteurella multocida pertama kali ditemukan tahun 1878 oleh Louis Pasteur yang di isolasi dari ayam yang menderita kolera.
Klasifikasi bakteri Pasteurella Multocida :    
Filum: Proteobacteria 
Kelas: Gamma Proteobacteria
Ordo: Pasteurellales   
Family : Pasteurellaceae         
Genus : Pasteurella
Spesies : Pasteurella multocida

B.  Etiologi dan Epidemiologi           
P. Multocida adalah penyebab berbagai penyakit pada mamalia dan burung termasuk kolera pada unggas, atropi rhinitis pada babi dan hemoragik septikemia pada sapi dan kerbau. Hal ini juga dapat menyebabkan zoonosis infeksi pada manusia, yang biasanya merupakan hasil dari gigitan atau cakaran dari binatang peliharaan. Bakteri ini ialah bagian dari flora mulut binatang, dan infeksi pada manusia biasanya terjadi melalui inokulasi langsung. Dapat pula terjadi penularan ke saluran nafas dari binatang kepada manusia. Pasteurella multocida pertama kali ditemukan pada tahun 1878 pada burung yang terinfeksi kolera. Namun, itu tidak terisolasi, hingga tahun 1880, Louis Pasteur mengisolasinya, sebagai tanda kehormatan maka bakteri tersebut diberi nama Pasteurella.
C.  Patogenesida
P. Multocida mengandung beberapa faktor virulensi yaitu endotoksin dinding sel, suatu kapsul polisakarida, lipopolisakarida dan hialuronidasa. Mekanisme patogen primer melibatkan peradangan sel inang. Kapsul memiliki serogrup A dan B untuk membantu melawan fagositosis oleh sel-sel kekebalan tubuh inang dan jenis kapsul A juga telah ditunjukkan untuk membantu melawan complement-mediated lisis. P. Multocida akan tumbuh pada suhu 37 ° C pada darah atau agar coklat , tetapi tidak akan tumbuh pada agar MacConkey.
Penyakit yang disebabkan opeh p.multocida adalah :
1.      SEPTICAEMIA EPIZOOTICA (SE)
Penyakit Septicaemia Epizootica (SE)/Haemorraghic Septecaemia (HS) atau disebut juga penyakit ngorok adalah penyakit yang menyerang hewan sapi atau kerbau, bersifat akut dengan mempunyai tingkat kematian yang tinggi Kerugian akibat penyakit ini cukup besar. Penyakit Septicaemia Epizootica (SE)/Haemorraghic Septecaemia (HS) atau disebut juga penyakit ngorok adalah penyakit yang menyerang hewan sapi atau kerbau, bersifat akut dengan mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Kerugian akibat penyakit ini cukup besar.
·      ETIOLOGI
            Septicaemia Epizootica (SE) disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif Pasteurella    multocida dengan serotipe tertentu. Umumnya serotipe disetiap tempat memiliki perbedaan.  Didaerah Asia umumnya ditemukan Pasteurella    multocida serotipe B:2 sedangkan untuk daerah Afrika biasanya ditemukan serotipe E:2. Penelitian terbaru juga menyatakan bahwa terdapat serotipe tipe baru yang muncul yaitu serotipe B:6 dan E:6. Serotipe lainya dari Pasteurella    multocida yang dihubungkan dengan Septicaemia Epizootica ialah serotipe A: 1 dan A: 3, serotipe ini dihubungkan dengan kematian dari sapi dan kerbau di india (OIE 2009). 
·      PATOGENESIS
Seperti yang telah dijelaskan bahwa bakteri pasteurella multocida sebagai penyebab SE akan masuk kedalam tubuh inang melalui beberapa cara. Cairan seperti leleran hidung atau cairan mulut dari hewan yang terinfeksi akan jatuh ketanah atau terkena media lain. Bakteri yang ada dalam cairan tersebut akan menginfeksi daerah atau media yang terkena oleh cairan dari hewan terinfeksi tersebut. Bila kondisi tanah dalam keadaan basah maka akan menyebabkan perkembangan dan daya tahan bakteri pasteurella multocida semakin baik. Melalui kontak dengan hewan terinfeksi atau kontak dengan tanah, tanaman, atau media yang terinfeksi, bakteri pasteurella multocida kemudian masuk kedalam tubuh. Didalam tubuh inang bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan (Natalia & Priadi 2006).  
Terdapat tiga bentuk dari penyakit SE yaitu bentuk busung, pektoral dan intestinal. Penyakit SE bentuk busung menunjukkan adanya bentuk busung pada bagian kepala, tenggorokan, leher bagian bawah, gelembir dan kadang-kadang pada kaki muka. Selain itu kadang terjadi juga bentuk busung pada bagian dubur dan alat kelamin. Tingkat mortalitas penyakit pada bentuk ini cukup tinggi mencapai 90% dan berlangsung cepat sekitar tiga hari sampai satu minggu. Sebelum mati akan tampak gangguan pernafasan dan suara ngorok merintih serta suara gigi gemeretak.  Pada bentuk pectoral, tanda-tanda bronkhopneumonia akan lebih menonjol. Bentuk ini umumnya dimulai dengan adanya batuk kering dan nyeri yang di ikuti oleh keluarnya eksudat dari hidung. Biasanya bentuk ini berlangsung antara satu sampai tiga minggu. Pada beberapa kasus kadang penyakit ini dapat mencapai bentuk intestina. Keadaan ini dicapai ketika penyakit sudah berjalan kronis. Hewan akan menjadi kurus, dengan gejala batuk yang terus menerus, selain itu nafsu makan terganggu serta terus menerus mengeluarkan air mata. Sering terjadi mencret yang bercampur darah (Direktorat Kesehatan Hewan 1977).   
Umunya kasus SE bersifat aku dan dapat menyebabkan kematian hewan dalam waktu singkat. Dalam pengamatan, hewan mengalami peningkatan suhu tubuh, oedemasubmandibular yang dapat menyebar ke daerah dada, dan gejala pernafasan dengan suara ngorok atau keluarnya eksudat dari hidung. Umumnya, hewan kemudian mengalami kelesuan atau lemah dan kematian. Biasanya kerbau lebih peka terhadap penyakit SE dibandingkan dengan sapi. Lama atau jalanya penyakit  sampai pada kematian pada kerbau lebih pendek dibandingkan dengan sapi, kisaran waktunya mulai kurang dari 24 jam dalam kejadian perakut sampai 2 – 5 hari. Gejala penyakit timbul setelah masa inkubasi 2 – 5 hari.
Gambaran klinis menunjukkan adanya 3 fase. Fase pertama adalah kenaikan suhu tubuh, yang diikuti fase gangguan pernafasan dan diakhiri oleh fase terakhir yaitu kondisi hewan melemah dan hewan berbaring di lantai. Septicaemia dalam banyak kasus merupakan tahap kejadian paling akhir. Berbagai fase penyakit di atas tidak selamanya terjadi secara berurutan dan sangat tergantung pada lamanya penyakit (Natalia & Priadi 2006). 
Pada kerbau yang diinfeksi secara buatan, ditemukan kenaikan suhu hingga 430C dapat teramati 4 jam sesudah infeksi, sedangkan pada sapi kenaikan hingga 400C baru teramati 12 Leleran hidung dan mata yang memerah sudah terlihat pada kerbau 4 jam sesudah infeksi, sedangkan pada sapi 12 jam sesudah infeksi. Bakteri dapat diisolasi dari cairan hidung kerbau 12 sesudah infeksi dan 16 sesudah infeksi pada sapi. Dalam darah bakteriemia sudah terjadi 12 jam sesudah infeksi pada kerbau dan sapi. Pemantauan jumlah kuman dalam darah terlihat terus meningkat hingga saat kematian (Natalia & Priadi 2006).
Diagnosa
·         PEMERIKSAAN POST MORTEM
Pada pemeriksaan pasca mati, kelainan yang tampil menyolok adalah oedema subcutaneous dengan cairan serogelatinous terutama di daerah submandibula, leher dan dada (Natalia, L dan Adin P., 2006). Dalam seksi terlihat adanya oedema pada glotis dan jaringan-jaringan paringeal maupun peritracheal (Subroto, 1985).  Umumnya kebengkakan lebih sering ditemui pada kerbau daripada sapi (Losos, 1986). Graydonet al. (1993), melaporkan bahwa pada infeksi buatan, kebengkakan lebih nyata terlihat pada sapi dari kerbau.
Pada jaringan subkutan dapat ditemui adanya perdarahan titik-titik. Kelainan kelenjar limfe dapat berupa pembengkakan, kongesti dan hiperemia (Siew et al., 1970) atau nekrosis yang nyata (Graydon et al., 1993). Kelenjar limfe yang terdapat di dalam rongga dada dan perut nampak mengalami bendungan. Bendungan yang bervariasi terdapat pada saluran pencernaan, mulai dari abomasum sampai usus besar. Kadang terjadi lesi berdarah pada usus (Subroto, 1985)
Dalam rongga dada terjadi perubahan pada paru-paru yang berkisar dari pembendungan umum sampai konsolidasi yang ekstensif dengan penebalan septa interlobular. Pleurisy dan pericarditis yang jelas tampak dengan penebalan perikardium dan adanya cairan serosanguinous dalam ruang pleura dan pericardial. Perdarahan dengan derajat yang bervariasi dapat terlihat pada jantung (Natalia, L dan Adin P., 2006). Perdarahan petechiae, ditemukan pada atrium di bawah epicard (Subroto, 1985)
·         Histopatologi
Kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan mikroskopis berupa hemoragi pada adventisia dan submukosa peritrachea, general pnemoni intertisial dengan hiperemi, oedema dan infiltrasi limfosit dan makrofag.Ditemukannya mikro koloni bakteri Pasteurella pada pembuluh limfe.Di hati terdapat cloudy swelling dan degenerasi lemak.Pada ginjal ditemukannya pignosis inti dari sel epitel tubular ginjal dan pada jantung terdapat hiperemia subepicardium dan hemoragi subendocardium.
·         Pencegahan
Bakteri ini dapat diobati secara efektif dengan antibiotik beta-laktam yang menghambat sintesis dinding sel. Hal ini juga dapat diobati dengan fluoroquinolones atau tetrasiklin , fluoroquinolones menghambat bakteri sintesis DNA dan tetrasiklin mengganggu sintesis protein dengan mengikat 30S bakteri ribosom subunit. Berbagai jenis antibiotika umumnya yaitu penicillin, ampicillin, dan amoksisillin- asam klavulanat. Mungkin perlu dilakukan drainase atau pembersihan luka (debridement). Pencegahan zoonosis dilakukan dengan menghindari gigitan binatang dan pembersihan luka gigitan binatang dengan baik.
2.   Kolera Unggas (Pasteurellosis)
Penyakit kolera (Pasteurellosis) pada unggas disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida dari strain unggas, biasanya menyerang ayam petelur dan pedaging. Umumnya unggas yang telah dewasa (dara, petelur) lebih peka dibanding saat masa indukan. Penyakit Pasteurellosis biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Menurut Mwankon et al(2009), outbreak kolera di suatu peternakan ayam bisa menyebabkan angka mortalitas hingga 80%. Hal ini tentunya berdampak pada kerugian ekonomi pada peternak.
·         Pathogenesis
Infeksi kolera terjadi lewat kontak langsung antara ayam yang peka dengan ayam yang sakit. Cairan yang keluar dari hidung, mulut, dan mata penderita dapat pula menularkan bakteri secara tidak langsung melalui kontaminasi pakan, air, dan peralatan. Bangkai unggas mati terserang kolera dapat menjadi sumber penularan. Burung, lalat, serangga, dan tikus merupakan karier, begitupula unggas yang telah sembuh. Data penelitian di Afrika menunjukkan bahwa tikus Rattus norvegicus merupakan reservoir dominan dari Pasteurella multocida yang ditemukan di peternakan ayam.
·         Gejala dan Diagnosa
Kolera unggas ada dua bentuk, yaitu akut dan kronik. Pada bentuk akut, gejala sering tidak teramati sehingga ayam atau unggas tersebut dapat mengalami kematian secara tiba-tiba. Kematian disertai tanda-tanda septicemia: kebiruan (cyanosis) pada kulit kepala, jengger dan pial, lender keluar dari mulut, kemerahan (hyperemia)di organ dalam terutama usus duodenum, pendarahan lemak jantung, perut, dan paru.
Pada bentuk kronis, terjadi pembengkakan akibat radang di pial, sendi, dan meningen (gejala syaraf) serta kepala berwarna kebiruan. Selain itu gejala yang tampak adalah nafsu makan berkurang, gangguan pernafasan, diare dengan kotoran mulai encer kekuningan hingga hijau berlendir.
Perubahan patologi anatomis yang terlihat pada kasus akut adalah pembengkakan limpa dan hati dengan pendarahan berbintik pada organ dalam termasuk jantung.. Selulitis dengan eksudat perkejuan pada pial dan arthritis dengan eksudat seropurulen akan terlihat pada kasus kronis.
·         Pengobatan
Kolera unggas/Pasteurellosis dapat diatasi dengan pemberian antibiotik kombinasi golongan sulfa dan trimethoprim seperti Cosumix®Plus. Cosumix Plus® merupakan kombinasi antibacterial Sulfachloropyridazine 62,5% dan trimethoprim 12,5%.



Comments

  1. saya butuh spesifikasi bakteri Pasteurella multocida bakteri apakah itu gram +/-, aerob/anaerob,suhu optimum dan rentangannya,pH optimum dan rentangannya...mohon bantuannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. bakteri Pasteurella multocida bakteri gram negatif, non motil(tidak bergerak, aerob ato anaerob fakultatif, akan tumbuh optimum pada suhu 37 ° C , pH 6-8,,, mudah2n bisa membantu :)

      Delete
  2. urgent**

    mohon informasinya, sy 2 hari yg lalu kena gigitan kucing yg blm prnh di vaksin dll. bru sekali ini gigitan tsb membuat tangan kiri sy agak bengkak dan nyut2an. sy hrs berobat kemna? berbahaya tidak? tks atas infonya.

    ReplyDelete
  3. urgent**

    mohon informasinya, sy 2 hari yg lalu kena gigitan kucing yg blm prnh di vaksin dll. bru sekali ini gigitan tsb membuat tangan kiri sy agak bengkak dan nyut2an. sy hrs berobat kemna? berbahaya tidak? tks atas infonya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf mbak saya vakum, untuk pertolongan pertama pada kasus gigitan HPR (hewan pembawa Rabies) silahkan bersihkan bekas gigitan dgn sabun dan disiram air mengalir, kemudian berikan anti septik kalau ada sperti alkohol 70% , rivanol, atau betadin. Setelah itu baru ke puskesmas terdekat/klinik terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Kemudian datangi kantor Rabies Center agar hewannya di tindak lanjuti (dilakukan pengamatan) apakah hewan tersebut positif rabies atau bukan

      Delete
    2. Kalau gejala nyut'nyutan & bengkak itu karena lukanya mengalami peradangan (inflamas). nanti di klinik/puskesmas akan diberikan obat anti inflamasi.

      Untuk berbahaya atau tidaknya tentu berbahaya dan perlu di waspadai karna kucing merupakan HPR (hewan pembawa rabies) jadi untuk yang pelihara kucing sebaiknya kucingnya di vaksin rabes agar lebih aman

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

PROSES PEMBUATAN KECAP contoh BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL

Dampak Positif dan Negatif Kloning

Pengalaman Kerja Pertama