Bacillus Antracis
Bacillus Antracis
A. Morfologi
Bacillus antracis
Bacillus antracis adalah bakteri
berbentuk batang, berukuran 1-1,5 mikron kali 3-8 mikron, bersifat aerobic,
nonmotil, gram positif yang disebut Bacillus antrachis. Apabila spesimen ini
diambil dari hewan sakit, bakteri berbentuk rantai pendek dikelilingi oleh
kapsul yang terlihat jelas. Spora anthrax dapat bertahan selama 60 tahun di
dalam tanah kering. Spora juga tahan dalam waktu yang lama di debu, kapas,
bulu, kulit, serbuk tulang, pakaian , dsb. (Soeharsono.2002) Spora dibentuk di
tanah, jaringan/binatang mati dan tidak terbentuk di jaringan dan darah
binatang hidup. Spora yang merupakan endospora tahan terhadap pengaruh
lingkungan. Diameter endospora berkisar 1-2 mikrometer, sehingga sukar
tersaring oleh mekanisme penyaringan di saluran pernafasan atas. Dalam tanah,
spora dapat bertahan puluhan tahun. Spora antrax tahan terhadap pengaruh panas,
sinar ultraviolet dan beberapa desinfektan. Endospora dapat dimatikan dengan
cara autoclave pada suhu 120° C selama 15 menit. Bentuk vegetatifnya mudah
dimatikan pada suhu 54° C selama 30 menit. Bakteri mudah ditumbuhkan pada
berbagai media. Bakteri tumbuh subur pada pH media 7.0 – 7.4 dengan lingkungan
aerob. Suhu pertumbuhan berkisar antara 12 – 45°C tetapi suhu optimumnya 37°C.
B.
Gejala
Hewan yang menderita antraks antara
lain ditandai dengan demam tinggi, gelisah, sesak napas, kejang dan diikuti
dengan kematian. “Gejala lainnya ialah darah segar keluar dari mulut, telinga
dan dubur atau alat kelamin.”
Gejala Klinik pada hewan
Pada sapi, kerbau dan kuda umumnya anthrax bersifat akut atau perakut disertai septicemia. Oleh karena itu, kematian hewan secara mendadak, terutama jika terjadi didaerah endemic anthrax, tidak boleh langsung dilakukan autopsi, tetapi harus diyakinkan dahulu lewat pemeriksaan darah perifer( misalnya dari daun telinga) dan diberi pewarnaan cepat untuk memberikan gambaran sementara apakah anthrax atau bukan. Bila ada dugaan anthrax, bangkai harus segera di temukan darah yang berwarna hitam pekat yang sulit menggumpal keluar dari lubang ( anus , hidung,telinga). Sesaat sebelum hewan mati. Bangkai ternak yang mati oleh anthrax cepat membusuk.
Pada kuda, selain demam tinggi sering ditemukan pula oedema sub kutis di daerah pectoral, inguinal , scrotum dan bawah kepala. Beberapa kuda mengalami hiperhidrosis dan kolik. Gejala diare dapat ditemukan pada beberapa ekor hewan. Keparahan penyakit dipengaruhi status kekebalan hewan, jumlah spora yang menginfeksi dan virulensi bakteri yang menyerang.
Gejala Klinik pada hewan
Pada sapi, kerbau dan kuda umumnya anthrax bersifat akut atau perakut disertai septicemia. Oleh karena itu, kematian hewan secara mendadak, terutama jika terjadi didaerah endemic anthrax, tidak boleh langsung dilakukan autopsi, tetapi harus diyakinkan dahulu lewat pemeriksaan darah perifer( misalnya dari daun telinga) dan diberi pewarnaan cepat untuk memberikan gambaran sementara apakah anthrax atau bukan. Bila ada dugaan anthrax, bangkai harus segera di temukan darah yang berwarna hitam pekat yang sulit menggumpal keluar dari lubang ( anus , hidung,telinga). Sesaat sebelum hewan mati. Bangkai ternak yang mati oleh anthrax cepat membusuk.
Pada kuda, selain demam tinggi sering ditemukan pula oedema sub kutis di daerah pectoral, inguinal , scrotum dan bawah kepala. Beberapa kuda mengalami hiperhidrosis dan kolik. Gejala diare dapat ditemukan pada beberapa ekor hewan. Keparahan penyakit dipengaruhi status kekebalan hewan, jumlah spora yang menginfeksi dan virulensi bakteri yang menyerang.
C.
Patogenesis
Apabila
penularan terjadi per os, bakteri anthrax akan masuk sistem limfatik dan
menimbulkan limfangitis dan lymphadenityis yang kemudian menimbulkan
septicemia. Bila bakteri masuk ke saluran pencernaan bagian tengah dan bawah
akan menimbulkan enteritis ulceratie et haemorrhagica. Perkembangan bakteri
anthrax dalam sistem limfatik relatif lambat, tetapi begitu masuk ke dalam
aliran darah,bakteri ini berkembang dengan sangat cepat yang berlangsung terus
sampai kematian. Kematian umumnya disebabkan oleh pengaruh prototoksin yang
menimbulkan gangguan susunan syaraf pusat berupa kelumpuhan pusat respirasi dan
mengakibatkan hipoksia
D.
Cara penularan
Penularan anthrax dari hewan kepada manusia umumnya secara kontak
langsung dengan hewan atau hasil hewan. Penularan anthrax melalui kontak pada
kulit yang terluka akan menimbulkan anthrax kulit (cutaneus anthrax) dengan
lesi khas. Di Australia, penularan anthrax secara per inhalation dapat terjadi,
terutama pada pekerja penyortir bulu domba, sehingga penyakitnya disebut woolsorter`s
disease. Penularan per os pernah terjadi di Indonesia, karena dilakukan
pemotongan darurat ternak di rumah, kemudian daging ternak tersebut di buat
sate tanpa pembakaran yang sempurna.
Penularan anthrax pada hewan umumnya terjadi per os, lewat makan atau air minum tercemar. Di daerah dengan sistem peternakan ekstensif seperti Sumba, Timor dan Flores ternak dalam jumlah besar menggunakan sumber air dan sumber makan yang sama sehingga sering menimbulkan kejadian wabah. Insekta penghisap darah seperti lalat Tabanus sp dan Stomoxis sp dapat bertindak sebagai penular secara mekanik, namun peranan insekta tersebut tidak begitu besar dalam kejadian wabah.(Anon.)
Seseorang dapat tertular oleh penyakit Antraks dengan tiga cara :
Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah/rumput, hewan yang sakit,maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging,tulang dan darah.
Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan (domba dll) pada waktu mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui pernapasan bila seseorang menghirup spora Antraks .Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti dendeng, abon dll.
Ada empat tipe anthrax, yaitu anthrax kulit (cutaneus anthrax), pencernaan/anthrax usus (gastrointestinalis anthrax), pernapasan/anthrax paru (inhalation anthrax) dan anthrax otak. Anthrax otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak. Masa inkubasi anthrax kulit sekitar dua sampai lima hari. Mula-mula kulit gatal, kemudian melepuh yang jika pecah membentuk keropeng hitam di tengahnya. Di sekitar keropeng bengkak dan nyeri. Pada anthrax yang masuk tubuh dalam 24 jam sudah tampak tanda demam. Mual, muntah darah pada anthrax usus, batuk, sesak napas pada anthrax paru, sakit kepala dan kejang pada anthrax otak. Jika tak segera diobati bisa meninggal dalam waktu satu atau dua hari.
Penularan anthrax pada hewan umumnya terjadi per os, lewat makan atau air minum tercemar. Di daerah dengan sistem peternakan ekstensif seperti Sumba, Timor dan Flores ternak dalam jumlah besar menggunakan sumber air dan sumber makan yang sama sehingga sering menimbulkan kejadian wabah. Insekta penghisap darah seperti lalat Tabanus sp dan Stomoxis sp dapat bertindak sebagai penular secara mekanik, namun peranan insekta tersebut tidak begitu besar dalam kejadian wabah.(Anon.)
Seseorang dapat tertular oleh penyakit Antraks dengan tiga cara :
Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah/rumput, hewan yang sakit,maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging,tulang dan darah.
Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan (domba dll) pada waktu mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui pernapasan bila seseorang menghirup spora Antraks .Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti dendeng, abon dll.
Ada empat tipe anthrax, yaitu anthrax kulit (cutaneus anthrax), pencernaan/anthrax usus (gastrointestinalis anthrax), pernapasan/anthrax paru (inhalation anthrax) dan anthrax otak. Anthrax otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak. Masa inkubasi anthrax kulit sekitar dua sampai lima hari. Mula-mula kulit gatal, kemudian melepuh yang jika pecah membentuk keropeng hitam di tengahnya. Di sekitar keropeng bengkak dan nyeri. Pada anthrax yang masuk tubuh dalam 24 jam sudah tampak tanda demam. Mual, muntah darah pada anthrax usus, batuk, sesak napas pada anthrax paru, sakit kepala dan kejang pada anthrax otak. Jika tak segera diobati bisa meninggal dalam waktu satu atau dua hari.
E. Diagnosis
Diagnosis,
baik pada hewan maupun manusia, dapat ditegakkan berdasarkan epidemiologi
(sejarah kejadian anthrax masa lalu, jenis hewan terserang, ada atau tidak
adanya penularan ke manusia) dan gejala klinik. Peneguhan diagnosis dilakukan
secara laboratorik dengan isolasi agen penyakit dan uji serologi FAT.
Pada manusia, spesimen untuk pemeriksaan laboratorik dapat diambil dari cairan vesikel, jaringan tubuh, darah (sewaktu septicemia) dan usapan langsung (direct smear) dari lesi kulit. Pewarnaan Giemza terhadap preparat usapan langsung perlu dilanjutkan dengan upaya isolasi bakteri karena dapat keliru dengan bakteri lain berbentuk batang, misalnya Bacillus subtilis. Pemeriksaan secara FAT yang mempunyai sensivitas dan ketetapan (sensivity and specifity) tinggi bisa dilakukan apabila menggunakan mikroskop fluorescence.
Pada hewan, spesimen dapat berupa darah perifer dari daun telinga yang diambil dengan jarum, kemudian diisapkan pada kertas saring, kapur tulis, atau kapas jika hewan masih hidup. Apabila hewan sudah mati, spesimen dapat diambil dari potongan daun telinga, cairan oedema, tulang, kulit dan bahan lain yang tercemar. Deteksi antigen dapat dilakukan dengan uji Ascoli
Diagnosis Banding
Pada kuda, adanya oedama di bawah kulit dapat keliru dengan dourine yang disebabkan oleh Trypanosoma equiperdum. Kematian mendadak pada sejumlah hewan besar perlu mempertimbangkan kemungkinan keracunan.
Pengambilan dan Pengiriman Spesimen
Pada hewan, spesimen dapat berupa darah perifer dan daun telinga yang diambil dengan jarum, kemudian pada kertas saring, kapur tulis atau kapas, apabila hewan masih hidup. Apabila hewan sudah mati, spesimen dapat diambil dari daun telinga, cairan oedema, tulang, kulit dan bahan-bahan yang diduga tercemar seperti tanah.
Spesimen harus dimasukan ke dalam kontainer yang terkuat agar tidak pecah atau tumpah dalam perjalanan. Spesimen tidak boleh dikirimkan ke laboratorium yang terletak di daerah bebas anthrax, seperti BPPH wilayah VI Denpasar.(Soeharsono. 2002)
Speciment Cutaneus anthrax diperiksa secara Mikrobiologi dan Patologi untuk Diagnosis Spesimen-spesimen harus dikumpulkan dari setiap pasien yang sedang dievaluasi untuk infeksi cutaneus anthrax.
Pada manusia, spesimen untuk pemeriksaan laboratorik dapat diambil dari cairan vesikel, jaringan tubuh, darah (sewaktu septicemia) dan usapan langsung (direct smear) dari lesi kulit. Pewarnaan Giemza terhadap preparat usapan langsung perlu dilanjutkan dengan upaya isolasi bakteri karena dapat keliru dengan bakteri lain berbentuk batang, misalnya Bacillus subtilis. Pemeriksaan secara FAT yang mempunyai sensivitas dan ketetapan (sensivity and specifity) tinggi bisa dilakukan apabila menggunakan mikroskop fluorescence.
Pada hewan, spesimen dapat berupa darah perifer dari daun telinga yang diambil dengan jarum, kemudian diisapkan pada kertas saring, kapur tulis, atau kapas jika hewan masih hidup. Apabila hewan sudah mati, spesimen dapat diambil dari potongan daun telinga, cairan oedema, tulang, kulit dan bahan lain yang tercemar. Deteksi antigen dapat dilakukan dengan uji Ascoli
Diagnosis Banding
Pada kuda, adanya oedama di bawah kulit dapat keliru dengan dourine yang disebabkan oleh Trypanosoma equiperdum. Kematian mendadak pada sejumlah hewan besar perlu mempertimbangkan kemungkinan keracunan.
Pengambilan dan Pengiriman Spesimen
Pada hewan, spesimen dapat berupa darah perifer dan daun telinga yang diambil dengan jarum, kemudian pada kertas saring, kapur tulis atau kapas, apabila hewan masih hidup. Apabila hewan sudah mati, spesimen dapat diambil dari daun telinga, cairan oedema, tulang, kulit dan bahan-bahan yang diduga tercemar seperti tanah.
Spesimen harus dimasukan ke dalam kontainer yang terkuat agar tidak pecah atau tumpah dalam perjalanan. Spesimen tidak boleh dikirimkan ke laboratorium yang terletak di daerah bebas anthrax, seperti BPPH wilayah VI Denpasar.(Soeharsono. 2002)
Speciment Cutaneus anthrax diperiksa secara Mikrobiologi dan Patologi untuk Diagnosis Spesimen-spesimen harus dikumpulkan dari setiap pasien yang sedang dievaluasi untuk infeksi cutaneus anthrax.
Comments
Post a Comment