Clostridium tetani


Clostridium tetani

Bakteri clostridium tetani adalah bakteri yang menyebabkan penyakit tetanus, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka, Penyakit tetanus ini merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil     dari bahasa Yunaniyaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.Sebenarnya bukan bakteri tersebut yang menyebabkan infeksi, melainkan racun dari bakteri yang membuat penderita terinfeksi.
A.    Morfologi clostridium tetani
clostridium tetani berbentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-5 mikron, lebar 0,4-0,5 mikron,  dapat bergerak, gram positif anaerob,berspora bentuk sporanya lebih besar dari pada selnya, dan letaknya terminal (diujung) menyerupai sendok, Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya terhadap antiseptis. Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave pada suhu 249.8°F (121°C) selama 10–15 menit. Juga resisten terhadap phenol dan agen kimia yang lainnya, membentuk exotoxin yang disebut tetanospasmin (tetanus spasmin), dan ketika bakteri ini mengeluarkan eksotoxin maka akan menghasilkan 2 eksotoxin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasminlah yang dapat menyebabakan penyakit tetanus karena bersifat neurotoxin. Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase, tidak memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak menghasilkan gas H¬2S. Menghasilkan gelatinase, dan indol positif. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang aseptis.
B.    Patogenesis dan Patofisiologi
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Clostridium tetani, periode inkubasinya 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi spora ke dalam aliran darah hewan yang mengalami cedera.    
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan Di alam, tanah, kotoran manusia dan hewan terutama kuda peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam dan berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah.
C.    Cara Penularan
Tetanus biasanya ditemukan di daerah tropis dan merupakan penyakit infeksi yang penting baik dalam prevalensinya maupun angka kematiannya yang masih tinggi . Tetanus merupakan infeksi berbahaya yang biasa mendatangkan kematian. Bakteri ini ditemukan di tanah dan feses manusia dan hewan, memiliki masa inkubasi 3 sampai 14 hari di dalam luka yang dalam dan sempit sehingga terjadi suasana anaerob. Clostridium tetani berkembang biak memproduksi tetanospasmin suatu neurotoksin yang kuat. Toksin ini akan mencapai system syaraf pusat melalui syaraf motorik menuju ke bagian anterior spinal cord.   
Jenis-jenis luka yang sering menjadi tempat masuknya kuman Clostridium tetani sehingga harus mendapatkan perawatan khusus adalah:    
a. Luka-luka tembus pada kulit atau yang menimbulkan kerusakan luas
b. Luka bakar tingkat 2 dan 3   
c. Fistula kulit atau pada sinus-sinusnya    
d. Luka-luka di bawah kuku    
e. Ulkus kulit yang iskemik    
f. Luka bekas suntikan narkoba    
g. Bekas irisan umbilicus pada bayi    
h. Endometritis sesudah abortus septic   
i. Abses gigi    
j. Mastoiditis kronis    
k. Ruptur apendiks    
l. Abses dan luka yang mengandung bakteri dari feses.
D.    Gejala
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3-12 hari, namun dapat singkat 1-2 hari dan kadang lebih satu bulan, makin pendek masa inkubasi makin buruk prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat masuk kuman Clostridium tetani dengan susunan saraf pusat, dengan interval antara terjadinya luka dengan permulaan penyakit, sehingga makin jauh tempat invasi, masa inkubasi akan semakin panjang.
Gejala penyakit tetanus bisa dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
•    Tahap awal
Rasa nyeri punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh merupakan gejala awal penyakit ini. Satu hari kemudian baru terjadi kekakuan otot. Beberapa penderita juga mengalami kesulitan menelan. Gangguan terus dialami penderita selama infeksi tetanus masih berlangsung.
•    Tahap kedua
Gejala awal berlanjut dengan kejang yang disertai nyeri otot pengunyah (Trismus). Gejala tahap kedua ini disertai sedikit rasa kaku di rahang, yang meningkat sampai gigi mengatup dengan ketat, dan mulut tidak bisa dibuka sama sekali. Kekakuan ini bisa menjalar ke otot-otot wajah, sehingga wajah penderita akan terlihat menyeringai (Risus Sardonisus), karena tarikan dari otot-otot di sudut mulut.
Selain itu, otot-otot perut pun menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri. Kekakuan tersebut akan semakin meningkat hingga kepala penderita akan tertarik ke belakang. (Ophistotonus).
Pada tahap ini, gejala lain yang sering timbul yaitu penderita menjadi lambat dan sulit bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan. Penderita mengalami tekanan di daerah dada, suara berubah karena berbicara melalui mulut atau gigi yang terkatub erat, dan gerakan dari langit-langit mulut menjadi terbatas.
•    Tahap ketiga
Daya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka terjadilah kejang refleks. Biasanya hal ini terjadi beberapa jam setelah adanya kekakuan otot. Kejang otot ini bisa terjadi  spontan tanpa rangsangan dari luar, bisa pula karena adanya rangsangan dari luar. Misalnya cahaya, sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya. Pada awalnya, kejang ini hanya berlangsung singkat, tapi semakin lama akan berlangsung lebih lama dan dengan frekuensi yang lebih sering.
Selain dapat menyebabkan radang otot jantung (mycarditis), tetanus dapat menyebabkan sulit buang air kecil dan sembelit. Pelukaan lidah, bahkan patah tulang belakang dapat terjadi akibat adanya kejang otot hebat. Kematian biasanya terjadi akibat kegagalan fungsi pernafasan, yang umumnya 50%.  Hal ini disebabkan karena sumbatan saluran nafas, akibat kolapsnya saluran nafas, sehingga refleks batuk tidak memadai, dan penderita tidak dapat menelan.
 Adanya ransang dari luar dapat memacu timbulnya kekejangan. Kesadaran penderita tetap baik dan penyakit terus berlanjut.
Secara klinis tetanus dibedakan menjadi :
•    Tetanus Lokal
Ditandai dengan rasa nyeri dan spasmus otot di bagian proksimal luka; gejala ini dapat terjadi selama beberapa minggu dan menghilang tanpa gejala sisa. Bentuk ini dapat berkembang menjadi bentuk umum; kasus fatal kira-kira 1%.
•    Tetanus Umum
Merupakan bentuk tetanus yang paling banyak dijumpai, dapat timbul mendadak, trismus merupakan gejala awal yang paling sering dijumpai. Spasmus otot maseter dapat terjadi bersamaan dengan kekakuan otot leher dan kesukaran menelan, biasanya disertai kegelisahan dan iritabilitas. Trismus yang me-netap menyebabkan ekspresi wajah yang karakteristik berupa risus sardonicus. Kontraksi otot meluas, pada otot-otot perut menyebabkan perut papan dan kontraksi otot punggung yang menetap menyebabkan opistotonus; dapat timbul kejang tetani bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bawah. Selama periode ini penderita berada dalarn kesadaran penuh .
•    Tetanus Sefalik
Jenis ini jarang dijumpai; masa inkubasi 1-2 hari, biasanya setelah luka di kepala, wajah atau otitis media; banyak kasus berkembang menjadi tipe umum.Tetanus tipe ini mempunyai prognosis buruk.
E.    Diagnosa
Bahan Pemeriksaan Untuk Laboratorium
•    Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang
•    Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit.
•     Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler
Bahan pemerisaan diambil dari luka, nanah, dan jaringan. Pada titanus diagnosa penyakit didasarkan atas gejala klinik dan anamnesis adanya luka. Pengobatan dengan anti tetanus toxin dan antibiotika segera dilakukan, tanpa menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Sample diperiksa setelah pewarnaan Gram dan dilakukan perbenihan.
F.    Pencegahan    
Hasil pengobatan terhadap penyakit tetanus seringkali tidak memuaskan, angka kematiannya tinggi atau sembuh dengan gejala sisa. Karena itu upaya pencegahan merupakan hal yang sangat penting.
Pencegahan yang dilakukan meliputi :
•    Perawatan luka yang baik, terhadap luka yang terkontaminasi tanah, terutama luka tusuk yng dalam.
•    Pemberian anti tetanus serum (antitoxin) pada penderita luka yang diduga terjadi kontaminasi oleh clostridium tetani.
•    Imunisasi aktif, baik bersama dengan Diphtheria dan Pertussis (DPT vaccine) atau secara tersendiri (tetanus toxoid)
•     Vaksinasi tetanus toxoid pada ibu-ibu, baik yang sedang hamil, untuk mencegah tetanus neonatorum.
G.    Pengobatan
Bila sudah ada gejala ringan tetanus, maka sumber luka (infeksi) harus segera diketahui.Kemudian, kadang dokter membuka luka baru dengan tujuan ada udara masuk, sehingga kuman mati karena mendapat oksigen. Setelah itu luka dibersihkan dengan antiseptik atau H2O2 dan antibiotik (penisilin).
Untuk membunuh toksin tetanus, biasanya pasien diberi suntikan ATS (antitetanus serum). Sedangkan untuk mengatasi kejangnya diberi obat penenang (barbiturat atau valium). Jika keadaan pasien cukup gawat, misalnya otot-otot yang berhubungan dengan pernafasan (otot dada) kaku, maka pasien perlu diberi alat respirator.
Perawatan tetanus perlu sedikit ‘spesial’ karena pasien bersifat hipersensitif terhadap rangsang. Ini disebabkan karena toksin yang menempel di otot memblok sistem neoromoskular sehingga otot mudah terangsang. Kena rangsang sedikit saja, mereka bisa kejang-kejang yang sifatnya amat melelahkan. Karena itu kebanyakan pasien tetanus dirawat di ruang ICU dan jika perlu dibius umum.
Biasanya kamar perawatan pasien tetanus diletakkan di ujung atau di tempat yang relatif sepi. Bahkan apabila memungkinkan pasien dirawat di tempat yang gelap, agar lebih tenang dan menghindari rangsang. Seringkali pasien tetanus membutuhkan waktu yang relatif lama untuk penyembuhannya (2-3 bulan).

Comments

Popular posts from this blog

PROSES PEMBUATAN KECAP contoh BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL

Dampak Positif dan Negatif Kloning

Pengalaman Kerja Pertama